Maret 12, 2010

Guru Imam Samudra Ditembak

Berita Utama

13 Maret 2010


  • Lagi, Delapan Teroris Ditangkap : Jenazah Dulmatin Dimakamkan 
JAKARTA- Perburuan teroris oleh aparat kepolisian kembali membuahkan hasil. Kemarin, polisi menembak mati dua teroris di Aceh. Seorang dari mereka, Pura Sudarna alias Jajang (38), disebut-sebut merupakan guru Imam Samudra, terpidana kasus bom Bali yang telah dieksekusi di Nusakambangan, November 2008.

Seorang lainnya adalah Enceng Kurnia (38). Polisi juga menahan delapan tersangka, yakni Adi Munadi, Taufik, Ahmad Yunus, M Gema, Ibnu Sina, Abu Batok, Zainudin, dan Hendra Ali.

Sementara itu, jenazah Dulmatin kemarin dimakamkan di Pemalang. Pemakaman yang dihadiri ratusan orang itu berjalan lancar, meskipun sempat terjadi ketegangan antara sejumlah pelayat dan polisi.

Penembakan dua tersangka teroris di Aceh bermula ketika Polri menggelar sweeping di depan Mapolsek Leupung, Aceh Besar. Polisi mencurigai mobil Mitsubishi L300 hitam BK-1116-GU yang mengangkut sepuluh orang.

Saat akan digeledah, para penumpang mobil itu berusaha melarikan diri dan ada yang melepaskan tembakan. Polisi balas menembak hingga menewaskan dua tersangka. Delapan lainnya ditangkap.

Polisi menyita enam pucuk senjata api, yakni dua AK 47, tiga M16, dan satu pistol Glock milik anggota Brimob yang tewas dalam penyergapan teroris beberapa waktu lalu, Briptu Boaz Woisiri alias Boy.

Adapun senjata MP4, alat komunikasi, dan dompet milik Boaz yang dibawa kabur teroris belum ditemukan. Menurut Kapolri Jenderal (Pol) Bambang Hendarso Danuri, Pura Sudarna merupakan guru Imam Samudra, sedangkan Enceng Kurnia alumnus kamp militer Moro, Filipina Selatan, tahun 2005.

”Operasi terus berjalan simultan dengan mengawasi semua pintu keluar masuk. Aparat Densus dibantu anggota Polda Aceh, juga polres dan polsek-polsek,” kata kapolri di Jakarta.

Mengenai operasi di Jawa Tengah, dia belum bisa mengungkapnya.
”Nanti dulu, informasinya minggu depan.”Ia menegaskan, target kelompok teroris itu bukan Presiden AS Barack Obama. Kendati demikian, kapolri mengakui kedatangan Obama menimbulkan kerawanan. Untuk pengamanan tamu negara itu, kepolisian berada di lapis dua, sedangkan lapis satu berada dalam kendali TNI. ”Kami berkoordinasi dengan TNI dan saling memperkuat,” ujarnya.
Insiden saat Pemakaman Jenazah Dulmatin yang tewas ditembak di Pamulang, Tangerang, Banten, kemarin dimakamkan di TPU Makam Dowo, Desa Loning, Kecamatan Petarukan, Pemalang. Suara takbir dan yel-yel jihad mengiringi perjalanan jenazah ke lokasi pemakaman yang berjarak sekitar 3 kilometer dari rumah duka di Kelurahan Petarukan.

Sebelumnya, jenazah lelaki bernama asli Joko Pitono itu tiba di rumah duka di kompleks Pasar Petarukan, sekitar pukul 03.15. Istri Dulmatin, Istiada (41) dan enam anaknya ikut mengiringi jenazah dari RS Polri Jakarta.

Sebelum dimakamkan, jenazah disucikan dan kemudian dishalatkan di Masjid Jami Kauman. Setelah itu, dibawa dengan kendaraan colt pikap G-1899-LD ke TPU Makam Dowo. Acara pemakaman dihadiri ratusan warga dan para pelayat dari luar kota yang bergabung dengan laskar jihad dan anggota Front Pembela Islam (FPI).

Ayah tiri Dulmatin, H Jazuli (65) dan para kerabat pria turut mengantar jenazah, termasuk tiga anak almarhum, yakni Usamah Muhammad (11), Haidar Khotob (10), dan Nusaibah (7). Ibu Dulmatin, Hj Masniati (63) dan istri serta anak-anak perempuannya tidak ikut ke pemakaman.

Dalam perjalanan, sesekali terdengar hujatan terhadap salah satu kesatuan Polri. Di TPU, beberapa laskar jihad bersitegang dengan dua anggota Polri, tapi dilerai warga. Ketika rombongan pembawa jenazah datang, seorang dari mereka meminta area tersebut dikosongkan. Seorang polisi membantunya dengan menyingkirkan orang-orang.

Tapi terjadi salah paham dengan laskar jihad sehingga mereka saling dorong. Akhirnya kedua polisi itu mengalah keluar. Setelah itu, pemakaman pun berjalan lancar. Kapolres AKBP Burhanudin SIK melalui Wakapolres Kompol Hamdan Maulana SIK memaklumi insiden itu. Dalam keadaan emosional atas kematian Dulmatin, bisa saja terjadi hujatan dan tindakan tak menyenangkan lainnya terhadap anggota Polri. ”Kami tak mau terpancing provokasi. Maka semua anggota yang bertugas membantu kelancaran pemakaman kami tarik,” jelasnya.

Insiden kecil lainnya terjadi ketika seorang wanita muda ikut berbaur dengan pelayat. Melihat hal itu, seorang pria menghardik dan memintanya keluar karena wanita itu mengenakan celana pendek di atas lutut dan tak berkerudung. ”Hei.. kamu telanjang sana pergi!” teriak pria itu.

Zaid Ahmad Sungkar mewakili keluarga Dulmatin mengatakan, usai pemakaman, keluarga tidak akan mengadakan tahlilan karena tidak terbiasa dengan tradisi tersebut. Mengenai istri dan anak-anak Dulmatin, belum dipastikan apakah mereka akan tetap tinggal di Sukoharjo atau Pemalang. Zaid juga mengatakan bahwa keluarga sudah tidak pernah bertemu dengan Dulmatin sejak sebelum Bom Bali I tahun 2002.

Di Jakarta, Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Irjen Edward Aritonang mengungkapkan, pihaknya masih memeriksa isi laptop milik Dulmatin. Bisa saja isi itu menyesatkan, tapi nanti tetap dikembangkan. Polisi juga masih menyelidiki bagaimana Dulmatin bisa memiliki paspor resmi, sehingga bebas keluar-masuk Indonesia.

Adapun Fauzi, PNS di Tangerang yang diduga melindungi Dulmatin, masih diperiksa di Mabes Polri. Satu perempuan dan tiga anak-anak yang diamankan dalam penyergapan di Pamulang sudah dipulangkan, karena tidak terkait kasus terorisme.

Di sisi lain, polisi juga melacak jejak ipar Dulmatin, Heru Kuncoro, yang memiliki keahlian merakit bom dan senjata api. Heru dan Umar Patek, tersangka kasus bom Bali yang hingga kini belum tertangkap, diduga sudah masuk ke Indonesia dari Filipina Selatan.

Sementara itu, meski menolak cap teroris atas diri Dulmatin, pengasuh Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki Sukoharjo Abu Bakar Baasyir tidak sependapat dengan langkah Dulmatin yang melakukan kekerasan di daerah damai dan tanpa konflik. ”Jihad sebenarnya hanya boleh dilakukan di daerah perang. Dulmatin bukan nabi, sehingga perbuatannya perlu dikoreksi,” katanya.

Baasyir menilai wajar penembakan yang dilakukan oleh polisi, sebab Dulmatin digerebek karena melanggar undang-undang. Baasyir juga menegaskan bahwa dirinya tidak mengenal dan tidak pernah bertemu dengan lelaki asal Pemalang itu.
Petisi Hambali Dari Washington, AS dilaporkan, Hambali, tersangka otak peledakan bom Bali, melakukan upaya hukum untuk dibebaskan dari penjara militer Teluk Guantanamo, Kuba. Pria yang bernama asli Riduan Isamuddin itu mengajukan surat permohonan tersebut di Pengadilan Distrik Washington, Amerika Serikat. Petisi itu merupakan bagian dari upayanya untuk dibebaskan dari penjara militer Guantanamo yang juga sering dijuluki Gitmo.

Pria asal Jawa Barat  yang diduga pemimpin operasional kelompok Jamaah Islamiyah (JI) Asia Tenggara sampai akhir 2002 itu  ditahan di Gitmo sejak September 2006. Guantanamo merupakan kamp Angkatan Laut Amerika Serikat yang juga difungsikan sebagai penjara militer.

Juru bicara Departemen Kehakiman AS tidak berkomentar mengenai upaya hukum Hambali. Departemen itu menyatakan belum ada keputusan apakah akan menyidang Hambali di pengadilan militer atau sipil. Juga belum ditentukan lokasi pengadilannya. (K24,sf,wi,H46,rtr-ben-ant-81,49,65)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar