Berita Utama
Di Balik Rapat Paripurna DPR
DUA wakil rakyat menarik perhatian karena berbeda suara dengan induk partainya dalam rapat paripurna DPR, semalam. Mereka adalah Lily Wahid dari PKB dan Ahmad Kurdi Moekri dari PPP. Dari 28 anggota Fraksi PKB, 26 di antaranya kompak mengikuti pilihan Fraksi Partai Demokrat dalam voting pertama.
Mereka memilih alternatif kedua (opsi A,C, atau AC). Hanya satu yang memilih berbeda, yaitu Lily Wahid yang memilih alternatif kedua (opsi A atau C) dan satu orang lainnya absen. Langsung saja Lily yang merupakan salah satu inisiator hak angket itu dihujani peluk dan cium dari anggota berbagai fraksi yang menolak alternatif kedua.
Tak hanya dari anggota DPR perempuan, Lily juga mendapat ciuman dari politikus PDIP Budiman Sudjatmiko dan ucapan selamat dari Akbar Faizal dan lainnya. Rieke Dyah Pitaloka (PDIP) bahkan menghadiahi Lily seuntai kalung berlogo PDIP.
Hal serupa terjadi pada Kurdi Moekri. Ketika 33 anggota Fraksi PPP mendukung alternatif 2, Kurdi yang juga anggota Tim 9 yang merupakan inisiator hak angket Bank Century itu justru memilih alternatif pertama. Langkah Kurid disambut sorak-sorai dan tepuk tangan. Sejumlah anggota Tim 9 seperti Maruarar Sirait (PDIP), Andi Rahmat dan Misbakhun (PKS) langsung menghampiri dan menciumnya.
Kurdi mengaku tidak khawatir dikenai sanksi pergantian antarwaktu (PAW) dari DPR oleh DPP PPP. “Itu sudah pendirian saya. Mau di-recall dari DPR atau tidak, itu risiko,” ujarnya di sela skorsing rapat paripurna.
Anggota DPR dari Daerah Pemilihan XI Jawa Barat ini menegaskan, opsi C merupakan pilihannya selama terlibat dalam Pansus Century. Sikap mempertahankan pendapat yang bertentangan dengan mayoritas anggota FPPP itu merupakan hak konstitusionalnya sebagai anggota DPR.
“Saya istiqomah dengan C karena menilai proses kebijakan (bailout Bank Century) ada yang tidak benar. Koalisi tidak boleh ABS (asal bapak senang),” ujar Kurid yang periode ini merupakan kali kedua duduk di DPR.
Sementara itu, Lily Wahid hampir dipastikan mendapat sanksi berupa peringatan pertama.
“Kami menyesalkan sikapnya yang tidak kompak dengan keputusan partai dan fraksi. Partai akan memberikan peringatan pertama,” kata Wakil Ketua Fraksi PKB Bahrudin Nasori.
Menurut bendahara DPP PKB ini, partainya akan membahas sikap Lily yang dinilai tidak bisa dikendalikan. Sebab, PKB memiliki pilihan yang sudah didasarkan pada data dan fakta.
Tak Mulus
Di sisi lain, selama 60 hari, kinerja pansus berjalan tak mulus, apalagi pada saat pengambilan keputusan di paripurna. Justru di tahap akhir itulah semuanya meledak. Kisruh terjadi pada paripurna pertama, 2 Maret. Para anggota Dewan yang terhormat kembali mencoreng muka mereka sendiri dengan melakukan tindakan tak terpuji.
Kekisruhan terjadi setelah ketua sidang Marzuki Alie mengetuk palu dan mengakhiri sidang secara sepihak.
Peristiwa memalukan pun tak terelakkan. Puluhan anggota Dewan naik podium dan saling dorong.
Namun, paripurna kedua kemarin berjalan relatif lebih tenang . Mungkin hendak menebus kesalahan atau mengulur waktu, Marzuki memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta sidang untuk berbicara. Mereka lebih banyak mengevalusi apa yang terjadi pada paripurna sebelumnya.
Saat pembacaan pandangan akhir dan pilihan opsi dari masing-masing fraksi, suasana sidang menjadi meriah, dipenuhi teriakan, tepuk tangan, celetukan, bahkan juga nyanyian, layaknya anak sekolah.
Saat juru bicara Partai Golkar Ibnu Munzir maju ke podium untuk membacakan pandangan akhir fraksinya, seorang anggota Dewan mengeluarkan celetukannya. ’’Partai Golkar tidak usah bacakan pandangan akhir, langsung saja pilih C (pilihan opsi C-red).’’
Hal serupa terjadi ketika juru bicara FPAN selesai membacakan pandangan akhir dan tidak memilih salah satu opsi yang merupakan rekomendasi dari pansus.
’’PAN nggak ada nyali. Hidup Amien Rais. Eko Patrio banci!’’ teriak salah satu anggota Dewan disambut gelak tawa.
Proses paripurna juga tak lepas dari lobi-lobi panjang dan melelahkan. Kerasnya lobi tergambar dari sikap dan raut wajah para wakil rakyat. Banyak yang sibuk keluar-masuk ruang lobi dengan muka dan tegang. Kebanyakan enggan menjawab saat ditanya wartawan.
Apa pun, kerja panjang DPR dalam mengusut kasus bailout Bank Century telah sampai di ujung jalan. Kini, rakyat menantikan apa yang akan terjadi selanjutnya. Apakah kasus ini akan berakhir dengan proses hukum dan jatuhnya para petinggi negara, atau hanya akan mengorbankan pion-pion pada level di di bawahnya. (Satrio W-65)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar