Namun jangan sepelekan Hariyadi, tukang becak asal Trirenggo, Bantul, yang biasa mangkal di Prawirotaman, Yogyakarta. Dia yang sudah mbecak sejak 1990 berusaha mengubah pandangan negatif yang melekat pada dirinya dan teman-temannya.
Caranya? Laki-laki lulusan SMA Kolese de Britto itu belajar menjalin hubungan dengan pelanggan-pelanggan melalui jejaring media online seperti Friendster, Facebook, hi5, dan Twitter. Hasilnya, luar biasa! Dia mendapat ribuan teman dan pelanggan yang setiap berkunjung ke Yogyakarta pastilah menghubungi dan minta jalan-jalan dengan becaknya.
’’Beberapa hari lalu malah ada rombongan dari Bandung minta dicarikan hotel dan jalan-jalan naik becak. Kalau penumpang banyak teman-teman ikut dapat rezeki,’’ ungkap Haryadi yang di dunia maya menggunakan nama Harry van Yogya.
Perkenalannya dengan dunia maya berawal ketika dia memperoleh pelanggan dari Amerika Serikat. Tamu ini sering berkunjung ke Yogyakarta dan selalu minta diantar jalan-jalan keliling kota. Dari situlah terjalin komunikasi dan persahabatan. Dia mulai dolan ke warnet dan iseng-iseng membuat e-mail.
’’Semula sih buka-buka apa saja termasuk situs porno. Tapi yang jelas pelanggan saya tersebut membimbing cara membuat e-mail dan menggunakannya,’’ tutur laki-laki yang istri tercintanya, Anastasia, meninggal tertimpa reruntuhan gempa dahsyat pada 2006 lalu.
Jejaring Sosial
Ketika mulai mengenal dunia maya tahun 1992, dia hanya menggunakan untuk berkomunikasi dengan satu pelanggan dari AS. Lama-lama dia mencoba belajar chating di Yahoo Messenger, memasuki jejaring sosial friendster, hi5, twitter dan facebook.
Teman-teman semasa sekolah mulai menyapa dan mendukung ide kreatifnya yang mempromosikan dirinya sebagai tukang becak. Dia siap mengantarkan wisatawan domestik maupun asing ke objek-objek wisata Yogyakarta. Dia juga tak menampik permintaan teman dunia mayanya yang ingin dicarikan hotel, kendaraan sewa, dan lainnya.
’’Pelanggan sudah ribuan, di facebook saja jumlah teman hampir 2.000. Sebagian sudah merencanakan berwisata ke sini dan minta ketemu sekaligus diantar ke berbagai tempat. Kalau kewalahan, saya ajak teman-teman yang biasa mangkal di sini,’’ papar ayah Stefanus Lucky Ardian (13), Nicolas Kevin Kristianto (11), dan Veronika Natalia Agnes Destriana (4) itu.
Ide kreatifnya mempromosikan jasa mbecak melalu jejaring sosial menarik organisasi Rotary Club of Yogya sehingga memberinya penghargaan. Dia dinyatakan berperan mempromosikan Yogyakarta tak hanya di pelosok negeri tapi sampai mancanegara.
Manusia Merdeka
Pengemudi becak sebenarnya bukanlah cita-cita pemilik nama lengkap Blasius Haryadi ini. Ketika lulus SMA dia meneruskan kuliah di jurusan Diploma 3 Matematika IKIP Sanata Dharma Yogyakarta (sekarang Universitas Sanata Dharma-Red). Namun hanya bertahan sampai semester empat karena tiada biaya.
Dia mulai berpikir keras untuk mencari penghasilan. Berbagai pekerjaan dijalaninya mulai dari tukang batu sampai menarik becak.
Dan, dia ternyata cocok serta enjoy setelah beberapa lama mengemudikan becak. Belajar sebentar, sudah langsung bisa menjalankan pekerjaan yang sampai sekarang dilakoninya.
’’Jadi tukang becak itu bagi saya menjadi manusia merdeka. Saya bebas mau mencari penumpang di mana saja dan bisa istirahat kapan saja. Di sinilah saya menjadi diri sendiri, menentukan pilihan saya sendiri, bukan atas tekanan orang lain. Kalau kerja ikut orang kan terkekang he he he...,’’ ujarnya sembari terkekeh.
Haryadi menyadari sepenuhnya atas pilihan hidup menjadi tukang becak.
Penghasilan memang tak tentu, kadang sehari bisa memperoleh banyak, tapi bisa juga seminggu tak ada pelanggan. Tapi dia tak pernah khawatir. Segala risiko atas pilihan hidup dihadapinya karena ingin menjadi manusia merdeka. (Agung PW-46)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar