Februari 26, 2010
Presiden: Jangan Saling Menjatuhkan
Berita Utama
27 Februari 2010
Peringatan Maulid Nabi
JAKARTA - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta seluruh komponen bangsa melaksanakan demokrasi yang penuh sopan santun, berakhlak, dan tidak saling menjatuhkan.
“Janganlah kita mengembangkan demokrasi yang saling bermusuhan dan menjatuhkan. Lakukan demokrasi yang santun, berakhlak sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah,” kata SBY saat memberikan sambutan dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Istana Negara, Jakarta, Kamis (25/2) malam.
Acara itu dihadiri Wakil Presiden Boediono, para pimpinan lembaga tinggi negara, serta para duta besar negara sahabat. Hikmah Maulid Nabi disampaikan oleh mantan Menteri Agama KH Tolchah Hasan.
SBY mengatakan, Islam sangat mengutamakan nilai keadilan. Contoh yang diberikan oleh Rasulullah adalah keadilan yang dapat dirasakan kaum lemah dan marjinal. Ia menambahkan, perilaku Rasulullah yang santun dan penuh etika tersebut harus menginspirasi setiap usaha dalam mewujudkan demokrasi di Tanah Air.
”Demokrasi yang dibangun harus menjauhkan diri dari tirani kekuasaan dan golongan kuat, serta bentuk-bentuk pemaksaan kehendak yang justru merusak rasa keadilan.”
Jumat (26/2) siang, SBY dan Boediono juga menghadiri peringatan Maulid Nabi yang digelar oleh Majelis Dzikir Rasulullah SAW di Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat. Acara yang diberi judul ”Dzikir Akbar Majelis Rasulullah SAW” itu dihadiri ribuan warga yang mengenakan pakaian putih-putih. Cuaca panas terik tak mengurangi semangat jamaah untuk mengikuti zikir hingga usai.
Acara tersebut juga dihadiri Menko Polhukam Djoko Suyanto, Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng, Menteri Agama Suryadharma Ali, serta Menteri Perikanan dan Kelautan Fadel Muhammad.
Didoakan
Saat tiba di lokasi, rombongan presiden dan wakil presiden yang mengenakan baju koko putih dan peci hitam disambut iringan rebana dan shalawat. Dalam acara itu, jamaah mendoakan SBY agar mendapat kedamaian, ketenangan, dan kekuatan dalam memimpin bangsa.
Doa dibacakan oleh pimpinan Majelis, Al Habib Munzir Bin Fuad Am Musawa. “Di tengah-tengah kami hadir pemimpin bangsa muslimin terbesar dunia, beri beliau kedamaian, ketenangan, kekuatan,” ujar Habib Munzir.
Menurut Hatta Radjasa, zikir akbar itu murni untuk mendoakan keselamatan bangsa. “Acara hari ini murni doa dan zikir untuk keselamatan bangsa,” kata Hatta saat ditanya apakah acara itu bermuatan politik terkait kasus Bank Century. Menko Polhukam Djoko Suyanto mengatakan hal yang sama. “Zikir ini lebih pada peringatan pada Maulid Nabi Muhammad saja,” ujar Djoko Suyanto.
Saat ditanya apakah acara tersebut untuk menunjukkan bahwa SBY masih memiliki tempat di hati masyarakat, Djoko menjawab, “Jangan dilihat dari posisi itu.”
Menurut dia, zikir tersebut tidak ada hubungannya sama sekali dengan mencari dukungan. “Jika memang rakyat mendukung, itu hal yang bagus,” ujarnya. (A20,dtc-49,65)
27 Februari 2010
Peringatan Maulid Nabi
JAKARTA - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta seluruh komponen bangsa melaksanakan demokrasi yang penuh sopan santun, berakhlak, dan tidak saling menjatuhkan.
“Janganlah kita mengembangkan demokrasi yang saling bermusuhan dan menjatuhkan. Lakukan demokrasi yang santun, berakhlak sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah,” kata SBY saat memberikan sambutan dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Istana Negara, Jakarta, Kamis (25/2) malam.
Acara itu dihadiri Wakil Presiden Boediono, para pimpinan lembaga tinggi negara, serta para duta besar negara sahabat. Hikmah Maulid Nabi disampaikan oleh mantan Menteri Agama KH Tolchah Hasan.
SBY mengatakan, Islam sangat mengutamakan nilai keadilan. Contoh yang diberikan oleh Rasulullah adalah keadilan yang dapat dirasakan kaum lemah dan marjinal. Ia menambahkan, perilaku Rasulullah yang santun dan penuh etika tersebut harus menginspirasi setiap usaha dalam mewujudkan demokrasi di Tanah Air.
”Demokrasi yang dibangun harus menjauhkan diri dari tirani kekuasaan dan golongan kuat, serta bentuk-bentuk pemaksaan kehendak yang justru merusak rasa keadilan.”
Jumat (26/2) siang, SBY dan Boediono juga menghadiri peringatan Maulid Nabi yang digelar oleh Majelis Dzikir Rasulullah SAW di Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat. Acara yang diberi judul ”Dzikir Akbar Majelis Rasulullah SAW” itu dihadiri ribuan warga yang mengenakan pakaian putih-putih. Cuaca panas terik tak mengurangi semangat jamaah untuk mengikuti zikir hingga usai.
Acara tersebut juga dihadiri Menko Polhukam Djoko Suyanto, Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng, Menteri Agama Suryadharma Ali, serta Menteri Perikanan dan Kelautan Fadel Muhammad.
Didoakan
Saat tiba di lokasi, rombongan presiden dan wakil presiden yang mengenakan baju koko putih dan peci hitam disambut iringan rebana dan shalawat. Dalam acara itu, jamaah mendoakan SBY agar mendapat kedamaian, ketenangan, dan kekuatan dalam memimpin bangsa.
Doa dibacakan oleh pimpinan Majelis, Al Habib Munzir Bin Fuad Am Musawa. “Di tengah-tengah kami hadir pemimpin bangsa muslimin terbesar dunia, beri beliau kedamaian, ketenangan, kekuatan,” ujar Habib Munzir.
Menurut Hatta Radjasa, zikir akbar itu murni untuk mendoakan keselamatan bangsa. “Acara hari ini murni doa dan zikir untuk keselamatan bangsa,” kata Hatta saat ditanya apakah acara itu bermuatan politik terkait kasus Bank Century. Menko Polhukam Djoko Suyanto mengatakan hal yang sama. “Zikir ini lebih pada peringatan pada Maulid Nabi Muhammad saja,” ujar Djoko Suyanto.
Saat ditanya apakah acara tersebut untuk menunjukkan bahwa SBY masih memiliki tempat di hati masyarakat, Djoko menjawab, “Jangan dilihat dari posisi itu.”
Menurut dia, zikir tersebut tidak ada hubungannya sama sekali dengan mencari dukungan. “Jika memang rakyat mendukung, itu hal yang bagus,” ujarnya. (A20,dtc-49,65)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar